JMDN logo

Gandrung Sewu 2025 Sukses Digelar, Netizen: “Paling Fenomenal”

📍 Budaya
26 Oktober 2025
57 views
Gandrung Sewu 2025 Sukses Digelar, Netizen: “Paling Fenomenal”

JMDN - Perhelatan Festival Gandrung Sewu 2025 di Pantai Marina Boom Banyuwangi, sukses digelar. Pertunjukan yang melibatkan 1.400-an penari gandrung dengan mengangkat tema ‘Selendang Sang Gandrung’ ini dianggap luar biasa dan dinilai yang paling fenomenal dibanding dengan perhelatan pada tahun-tahun sebelumnya. Pertunjukan yang diabadikan oleh 100-an lebih Fotografer dan pegiat Mediagram dari berbagai kota ini, sejak awal memang cukup mencuri perhatian.


Seperti yang disampaikan oleh Ketua Paguyuban Pelatih dan Seniman Banyuwangi (Patih Senawangi), Suko Prayitno selaku penyelenggara, tema ‘Selendang Sang Gandrung’ bermakna tentang warisan budaya, cinta kasih, dan perjuangan Masyarakat Osing dalam pelestarian seni-tradisi.



Sebagaimana kabar yang beredar sebelumnya, diketahui bahwa pertunjukan kali ini juga melibatkan 200-an orang lebih penari dari luar Kabupaten Banyuwangi, diantaranya dari; Malang, Kediri, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, Probolinggo, Bali dan Situbondo. Selain itu, ada juga beberapa dari Kabupaten Sorong, Papua Baratdaya, dan Sumatera Selatan. Bahkan, ada juga seorang penari ‘keturunan Banyuwangi’ yang lama tinggal Amerika Serikat, yang sengaja datang untuk bergabung dalam event besar tersebut. “Merinding rasanya, bisa bergabung dan menari bersama di panggung kolosal Gandrung Sewu ini,” ungkap Dian, sang penari asal Tegaldlimo yang sudah lama bermukim di negeri Paman Sam itu.



Yang cukup mengejutkan bagi para penonton  adalah keterlibatan 50 orang Kepala Desa (Kades) dalam even Gandrung Sewu 2025 ini. Tanpa canggung atau kikuk meski disaksikan langsung oleh Bupati Ipuk Fiestiandani serta beberapa pejabat negara yang hadir, para Kades tampil sebagai ‘Pemaju Gandrung’ dalam even tersebut.



Menariknya, pertunjukan tari kolosal yang juga dihadiri oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Rini Widyantini itu justru berakhir dengan suasana yang mengharu-biru dan deraian air mata. Lho..? 


Itu karena diakhir pertunjukan yang ditandai dengan kekompakan Gerak para penari saat mengikuti lantunan gending ‘Gurit Mangir’, panitia memperkenankan para orang tua penari untuk masuk dan mencari anak masing-masing yang saat itu masih bersimpuh diatas pasir Pelabuhan. Ketika bertemu, orang tua dan anak pun saling berpelukan erat. Dan, air mata haru pun bercucuran tanpa bisa dibendung. 



Pelukan seorang Ibu kepada sang anak bukan semata ungkapan ‘Selamat’. Pelukan haru yang erat dan hangat itu seakan bercerita tentang betapa lelah perjalanan sang anak yang telah berminggu-minggu digembleng dengan latihan-latihan intensif dan penuh keringat., yang akhirnya sang anak berhasil menaklukkan ‘panggung kolosal’ itu. 


Sementara itu, terlihat seorang penari yang tetap bersimpuh ditempatnya sembari memandangi ‘drama-haru’ yang terjadi disekitarnya. Tiba-tiba, seorang Perempuan paruh-baya yang memperhatikan si penari, mendekat dan membimbing si penari untuk berdiri, kemudian memeluknya dengan erat. 


Ternyata, Perempuan itu bukanlah ibu si penari. Dia hanya seorang penonton yang bersimpati melihat si penari yang tidak ada yang menghampiri. Dan tangis haru pun kembali memecah pecah. Maka tidaklah berlebihan bila Bupati Ipuk Fiestiandani menyatakan bahwa even Gandrung Sewu merupakan ajang konsolidasi sosial yang mempertemukan berbagai pihak untuik berpartisipasi melestarikan budaya. (budi)

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer